Benteng Fort Rotterdam Jejak Penjajahan Belanda Di Bumi Makassar
Apakah Anda sedang merencanakan perjalanan ke Makassar? Tidak lengkap rasanya jika belum mengunjungi Benteng Fort Rotterdam. Sebagai salah satu benteng pertahanan terbaik yang tersisa di Asia Tenggara, situs ini bukan sekadar tumpukan batu tua, melainkan saksi bisu peralihan kekuasaan dari Kerajaan Gowa-Tallo hingga kolonial Belanda.
Artikel ini menyajikan panduan wisata komprehensif, mulai dari sejarah mendalam, daya tarik arsitektur, hingga informasi praktis untuk kunjungan Anda.
Profil dan Sejarah Lengkap: Dari Tanah Liat Menjadi Batu Padas
Asal-Usul dan Pendirian (Era Kerajaan Gowa)
Benteng ini awalnya bernama Benteng Jumpandang atau Benteng Ujung Pandang. Dibangun pertama kali pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-10, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung (Karaeng Tunipalangga Ulaweng).
-
Konstruksi Awal: Pada mulanya, benteng ini hanya berbahan dasar tanah liat.
-
Renovasi: Pada tahun 1634, Sultan Gowa ke-14 (Sultan Alauddin) memperkuat struktur benteng dengan mengganti materialnya menjadi batu padas hitam yang diambil dari Pegunungan Karst di Maros.
Konflik VOC dan Perjanjian Bongaya
Benteng Ujung Pandang mengalami kerusakan fatal akibat gempuran VOC di bawah pimpinan Cornelis J. Speelman antara tahun 1655–1669. Kekalahan Sultan Hasanuddin dalam Perang Makassar memaksa penandatanganan Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667, yang mewajibkan penyerahan benteng ini kepada Belanda.
Transformasi Menjadi Fort Rotterdam
Setelah dikuasai Belanda, Speelman membangun kembali bagian yang hancur dengan gaya arsitektur Belanda dan mengubah namanya menjadi Fort Rotterdam, sesuai nama tempat kelahirannya di Belanda.
Fungsi Lintas Zaman
-
Era Belanda: Pusat pemerintahan, markas komando pertahanan, pusat perdagangan rempah, dan pemukiman pejabat tinggi.
-
Penjara Pengasingan: Menjadi tempat penahanan Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro sejak tahun 1833 hingga wafatnya pada 1855.
-
Era Jepang (1942-1945): Difungsikan sebagai kamp tawanan perang dan pusat penelitian pertanian serta bahasa.
-
Era Modern: Sejak tahun 1970-an dipugar pemerintah dan kini berfungsi sebagai pusat kebudayaan dan wisata sejarah.
Daya Tarik dan Filosofi Arsitektur “Benteng Penyu”
Salah satu keunikan utama benteng ini adalah bentuk denahnya.
-
Filosofi Penyu (Benteng Panyyua): Jika dilihat dari ketinggian, benteng ini menyerupai seekor penyu yang merangkak ke laut. Filosofi ini melambangkan kejayaan Kerajaan Gowa yang berkuasa di dua alam: kuat di darat dan jaya di lautan.
-
Lima Bastion Pertahanan: Terdapat lima bastion (menara pertahanan) di setiap sudutnya: Bastion Bone, Bastion Bacan (tempat sel Pangeran Diponegoro), Bastion Buton, Bastion Mandarsyah, dan Bastion Amboina.
-
Arsitektur Kolonial: Di dalam dinding setinggi 5-7 meter ini, terdapat 16 bangunan bergaya Eropa abad ke-17 dengan atap pelana yang curam dan jendela lebar.
Aktivitas Wisata yang Bisa Dilakukan
Berkunjung ke Fort Rotterdam menawarkan pengalaman edukatif sekaligus rekreasional:
-
Wisata Sejarah di Museum La Galigo: Menjelajahi museum tertua di Sulsel yang menyimpan lebih dari 5.000 koleksi, mulai dari numismatik, keramik, naskah kuno (Lontar), hingga etnografi budaya Sulawesi.
-
Mengunjungi Ruang Tahanan Pangeran Diponegoro: Melihat langsung sel sempit dengan atap melengkung di Bastion Bacan tempat sang pangeran diasingkan.
-
Menikmati Arsitektur & Fotografi: Berburu foto instagramable dengan latar bangunan tua bergaya kolonial yang terawat rapi dan taman hijau di tengah benteng.
-
Menyaksikan Matahari Terbenam: Menaiki dinding benteng bagian belakang untuk menikmati pemandangan sunset yang indah.
-
Belajar Bahasa & Seni: Pada hari Minggu, sering terdapat komunitas bahasa Inggris (seperti BPEC) atau latihan seni di area benteng.
Informasi Praktis: Jam Buka, Tiket, dan Fasilitas
Jam Operasional
-
Buka setiap hari: 08.00 – 18.00 WITA.
Harga Tiket Masuk
-
Masuk Area Benteng: tarif sekitar Rp 5.000 – Rp 10.000
-
Masuk Museum La Galigo: Sekitar Rp 7.500 per orang.
Fasilitas
Area wisata ini dilengkapi dengan fasilitas yang memadai untuk kenyamanan pengunjung:
-
Area parkir kendaraan luas.
-
Toilet umum dan Musala.
-
Pusat informasi.
-
Toko oleh-oleh/cinderamata dan galeri seni.
-
Taman bermain anak dan spot duduk santai (gazebo).
Lokasi, Rute, dan Transportasi
-
Alamat: Jl. Ujung Pandang No. 1, Kelurahan Bulo Gading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
-
Aksesibilitas: Lokasinya sangat strategis, tepat di depan pelabuhan laut Makassar dan hanya sekitar 2 km dari Pantai Losari.
-
Transportasi:
-
Dari Bandara Sultan Hasanuddin: Sekitar 30 menit perjalanan via Tol Insinyur Sutami menggunakan taksi atau kendaraan sewa.
-
Dari Pelabuhan Soekarno-Hatta: Hanya 7-15 menit perjalanan.
-
Bisa diakses mudah dengan motor, mobil, maupun bus pariwisata.
-
Tips Fotografi: Membidik Estetika Kolonial di Tanah Makassar
Bagi para content creator atau penghobi fotografi, Benteng Fort Rotterdam adalah “studio alam” yang menawarkan perpaduan tekstur dinding tua dan cahaya tropis. Berikut tips untuk mendapatkan hasil foto terbaik:
- Kejar Golden Hour (16.30 – 18.00 WITA):Waktu terbaik berkunjung adalah sore hari. Karena posisi benteng menghadap ke laut (barat), Anda akan mendapatkan pencahayaan matahari terbenam yang dramatis. Cahaya sore yang soft akan membuat warna dinding benteng yang krem dan batuan gelap terlihat lebih hidup dan estetik.
- Eksplorasi Sudut Bastion:Naiklah ke atas dinding pertahanan atau bastion (seperti Bastion Bone di sisi barat). Dari ketinggian sekitar 5 meter ini, Anda bisa memotret landscape area dalam benteng secara utuh atau membidik pemandangan laut di luar benteng.
- Bingkai Arsitektur “Kupu Tarung”:Gunakan jendela-jendela lebar bergaya “kupu tarung” dan pintu-pintu lengkung pada bangunan kolonial sebagai bingkai (framing) foto potret Anda. Lorong-lorong bangunan tua di sini memberikan efek depth (kedalaman) yang sangat bagus untuk foto OOTD (Outfit of The Day).
- Kontras Warna:Karena dominasi warna bangunan adalah krem, putih, dan batuan hitam/gelap, disarankan menggunakan pakaian berwarna cerah (seperti merah, kuning, atau biru laut) agar subjek foto terlihat “pop-up” dan kontras dengan latar belakang.
Rekomendasi Kuliner: Manjakan Lidah Setelah Belajar Sejarah
Setelah lelah berkeliling benteng seluas ±2,5 hektar ini, saatnya mengisi perut. Lokasi Fort Rotterdam yang strategis memudahkan Anda menemukan kuliner khas:
- Jajanan Kaki Lima Depan Benteng (Sore-Malam):Menjelang malam, tepat di luar area gerbang benteng dan sepanjang Jalan Ujung Pandang, biasanya bermunculan gerobak-gerobak jajanan kaki lima. Anda bisa menemukan camilan ringan dengan harga terjangkau sambil menikmati suasana kota Makassar yang mulai hidup di malam hari.
- Pisang Epe di Pantai Losari (± 1-2 KM):Hanya berjarak sekitar 7-15 menit atau 2 km dari benteng, Anda bisa menuju ikon wisata Pantai Losari. Di sini adalah pusatnya Pisang Epe, pisang bakar pipih yang disiram saus gula merah cair (bisa pilih rasa durian, cokelat, atau keju). Sangat pas dinikmati sambil duduk santai di tepian pantai.
- Oleh-Oleh Khas di Dalam Benteng:Jika Anda tidak sempat keluar mencari makan, di dalam area benteng juga terdapat fasilitas toko yang menjual oleh-oleh khas Makassar. Anda bisa membeli camilan kemasan untuk buah tangan atau dinikmati di tempat.
- Kuliner Ikonik Makassar Lainnya:Mengingat lokasinya di pusat kota, Anda bisa dengan mudah menjangkau restoran legendaris yang menyajikan Coto Makassar, Pallubasa, atau Es Pisang Ijo dengan berkendara singkat dari benteng.
FAQ: Serba-Serbi dan Fakta Unik Benteng Fort Rotterdam
Berikut adalah jawaban lengkap atas pertanyaan yang paling sering diajukan mengenai sejarah dan keunikan Benteng Fort Rotterdam:
1. Apa yang perlu diketahui tentang Benteng Fort Rotterdam dan peninggalan kerajaan mana benteng ini? Benteng Fort Rotterdam pada awalnya adalah peninggalan sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo. Nama asli benteng ini adalah Benteng Jumpandang atau Benteng Ujung Pandang. Namun, setelah Kerajaan Gowa kalah dalam Perang Makassar dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667, benteng ini jatuh ke tangan VOC (Belanda). Nama benteng kemudian diubah menjadi Fort Rotterdam oleh Cornelis J. Speelman untuk mengenang tempat kelahirannya di Belanda.
2. Siapa yang membangun Benteng Fort Rotterdam? Benteng ini pertama kali dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-10, yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung (berjuluk Karaeng Tunipalangga Ulaweng). Pada masa awal, benteng dibangun menggunakan tanah liat, sebelum akhirnya diperkuat dengan batu padas pada masa pemerintahan Sultan Alauddin (Raja Gowa ke-14).
3. Apa fungsi utama pembangunan Fort Rotterdam pada awal didirikannya? Pada masa Kerajaan Gowa, fungsi utama benteng ini adalah sebagai basis pertahanan untuk menangkal invasi Belanda. Benteng ini dibangun untuk memperkuat pertahanan Kerajaan Gowa di sepanjang pantai Makassar guna menghadapi gempuran ekspansi kekuatan VOC.
4. Mengapa Benteng Fort Rotterdam didirikan di dekat pantai? Lokasinya yang strategis di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar dipilih untuk tujuan pertahanan maritim. Pembangunan di dekat pantai bertujuan untuk memudahkan pengawasan terhadap kedatangan musuh (khususnya Belanda) dari arah laut serta mengamankan jalur perdagangan.
5. Mengapa Benteng Fort Rotterdam berbentuk penyu? Bentuk benteng yang menyerupai seekor penyu yang merangkak ke arah laut memiliki makna filosofis yang mendalam. Penyu adalah hewan yang mampu hidup di dua alam (darat dan air), yang melambangkan kejayaan Kerajaan Gowa yang berkuasa baik di daratan maupun di lautan. Karena bentuk unik inilah masyarakat setempat menjulukinya sebagai Benteng Panyyua (Benteng Penyu).
6. Apakah Benteng Rotterdam saat ini masih kukuh? Ya, Benteng Fort Rotterdam saat ini masih berdiri dengan sangat kukuh dan terawat dengan baik. Benteng ini dianggap sebagai salah satu benteng kolonial yang paling utuh di Asia Tenggara karena telah mengalami pemugaran dan kini dikelola sebagai cagar budaya serta objek wisata sejarah.
7. Siapa pahlawan nasional yang pernah ditahan di sini? Pangeran Diponegoro. Beliau diasingkan di benteng ini (tepatnya di Bastion Bacan) dari tahun 1833 hingga wafat pada 1855
8. Apa perbedaan Benteng Somba Opu dan Fort Rotterdam? Benteng Somba Opu dulunya adalah benteng induk dan pusat pemerintahan Gowa yang dihancurkan Belanda pada 1669. Sedangkan Fort Rotterdam (Benteng Ujung Pandang) adalah benteng pengawal yang dipertahankan Belanda dan dibangun ulang menjadi pusat pemerintahan kolonial
9. Apakah boleh memotret di dalam museum? Umumnya diperbolehkan untuk koleksi tertentu tanpa flash, namun sebaiknya tanyakan pada petugas di Museum La Galigo saat berkunjung.