Menjelajah Semarang Dalam Satu Hari

Pada pukul 6 pagi, Vihara Buddha Gaya Watugong yang megah, dengan Pagoda Kwan Im di dalamnya, menjadi tujuan pertama dalam perjalanan wisata sejarah di Semarang. Terletak di perbatasan Kota Semarang dan Kabupaten Semarang, vihara ini sebenarnya mudah dijangkau dari pusat kota, hanya membutuhkan sekitar 30 menit perjalanan. Namun, lokasinya yang paling jauh dibandingkan obyek wisata lainnya di kawasan perkotaan Semarang membuatnya menjadi petualangan tersendiri. Pagoda Kwan Im yang indah dan atmosfir spiritualnya memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung yang mencari ketenangan dan kebijaksanaan di pagi hari.

Pagoda Kwan Im

Di kompleks Vihara Buddha Gaya Watugong, berdiri bangunan megah setinggi 39 meter, selesai dibangun pada tahun 2005. Letaknya yang strategis, persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang, membuatnya semakin menarik. Bangunan ini terdiri dari tujuh tingkat, masing-masing dihiasi oleh patung Dewi Welas Asih, dari tingkat kedua hingga keenam. Terdapat sekitar 20 patung Kwan Im yang menghiasi Pagoda ini, semuanya dipasang sesuai dengan arah mata angin. Penempatan ini bertujuan agar Dewi yang dikenal menebarkan cinta kasih dapat menjaga Kota Semarang dari segala arah. Sebagai bagian dari ruang Metta Karuna, bangunan ini melengkapi keberadaan Vihara Avalokitesvara Srikukusrejo di Gunung Kalong, Kabupaten Semarang, menjadikannya tempat penting bagi pengunjung yang mencari ketenangan spiritual dan keindahan arsitektur.

| Baca : Harga Tiket Masuk Candi Gedung Songo Semarang

Gereja Katedral Randusari

Gereja Katedral Randusari merupakan salah satu tujuan menarik di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo, Semarang, dekat dengan bangunan bersejarah Lawang Sewu. Katedral ini berdiri megah bersama dengan kompleks sekolah swasta, yaitu SMP Dominico Savio dan SD Bernadus, serta sebuah gedung pertemuan. Katedral ini dikenal sebagai gereja induk di wilayah Keuskupan Agung Semarang, menjadikannya pusat penting bagi umat Katolik di Jawa Tengah.

Sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang, Gereja Katedral memikat dengan arsitektur Barat yang khas. Bangunannya berbentuk setangkup dengan facade singular yang menawan. Kompleks Katedral didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk yang terletak di sisi Barat, Selatan, dan Utara, memberikan akses bagi para pengunjung dari berbagai arah.

Bagi yang ingin eksplorasi lebih lanjut, Lawang Sewu hanya berjarak sekitar 300 meter dari Gereja Katedral Randusari, menjadikannya mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Jika tertarik mengunjungi Kuil Sam Po Kong, Anda hanya perlu menempuh jarak sekitar 3 km dari Katedral. Namun, dalam perjalanan kali ini, kami memilih untuk langsung menuju Taman Srigunting di kawasan Kota Lama, yang terletak persis di sebelah Gereja Blenduk. Sebelum sampai di sana, kami singgah sebentar di Kantor Pos Besar yang letaknya tidak jauh dari Pasar Johar Semarang, pasar tradisional terbesar di kota ini.

Perjalanan ini tidak hanya mengungkapkan pesona arsitektur dan sejarah Semarang, tetapi juga menghadirkan pengalaman yang kaya dengan budaya dan kehidupan kota yang dinamis.

| Baca : Sam Poo Kong Dilengkapi Patung Cheng Ho Tertinggi Di Dunia

Kantor Pos Besar

Kantor Pos Besar Salah satu bangunan bersejarah di Kota Loenpia adalah Kantor Pos Besar. Bangunan ini dibangun selama hampir lima puluh tahun pelayanan pos di Indonesia. Sebelum ini, lembaga pos ini didirikan oleh JP.Theben Tervile pada tahun 1862 dan didirikan di Kota Lama Semarang, berhadapan dengan kantor pelayanan jasa komunikasi di Jalan Letnan Jendral Suprapto ke arah barat. Pada tahun 1979, gedung ini diperbarui dan ditambahkan ruang di bagian belakangnya.

Taman Srigunting Semarang Jawa Tengah | Instagram @hermawansony28

Taman Srigunting

Tidak lama setelah singgah di Kantor Pos Besar, kami melanjutkan perjalanan menuju Taman Srigunting yang berada kurang lebih 3 km jauhnya, masih dalam kawasan bersejarah Kota Lama Semarang. Taman Srigunting adalah salah satu landmark yang menjadi ikon dari Kota Lama. Pada masa penjajahan Belanda, taman ini dikenal sebagai parade plein, sebuah lapangan tempat berlangsungnya parade militer yang kini telah diubah menjadi ruang terbuka hijau yang menawan.

Sebagai satu-satunya taman di tengah-tengah Kota Lama, Taman Srigunting menjadi oasis yang menarik bagi penduduk lokal maupun wisatawan. Terletak di Jalan Letjen Suprapto No. 32, taman ini dikelilingi oleh beberapa bangunan bersejarah yang semakin menambah daya tariknya. Di sebelah selatan, Anda dapat menjumpai Gedung Marba yang ikonis, sementara di barat daya berdiri Gedung Jiwasraya yang megah. Tepat di sebelah barat, Gereja Blenduk yang anggun memancarkan pesona arsitekturnya, dan di sebelah timur terdapat Gedung Kerta Niaga yang menambah suasana nostalgis.

Berkunjung ke Taman Srigunting memberikan kesempatan untuk menikmati keindahan heritage Kota Lama, yang memberikan pengalaman sejarah, arsitektur, dan budaya yang kaya dalam satu tempat. Taman ini tidak hanya menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan, tetapi juga menjadi spot yang sempurna untuk menikmati dan meresapi histori Kota Semarang.

Klenteng Tay Kak Sie

Saat sore menjelang, kami melanjutkan perjalanan menuju Kelenteng Tay Kak Sie yang berjarak sekitar 5 km dari Taman Srigunting. Untuk mencapai kelenteng ini dari Pasar Johar, Anda perlu melanjutkan perjalanan ke Jalan H. Agus Salim dan kemudian mencari jalan Gang Lombok di mana Kelenteng Tay Kak Sie berada. Nama kelenteng ini jelas terpampang di pintu masuk, dengan keterangan tahun pemerintahan Kaisar Dao Guang (1821-1850) dari Dinasti Qing tertulis di sana.

Didirikan pada tahun 1746, Kelenteng Tay Kak Sie awalnya dibangun sebagai tempat pemujaan Kwan Sie Im Po Sat (Dewi Welas Asih). Seiring waktu, kelenteng ini berkembang menjadi salah satu kelenteng terbesar di Semarang yang juga memuja berbagai dewa-dewi Tao lainnya. Arsitektur kelenteng yang khas dan nuansa spiritualnya memberikan atmosfer yang mendalam bagi pengunjung yang datang.

Kelenteng Tay Kak Sie bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan saksi bisu sejarah perkembangan komunitas Tionghoa di Semarang. Interior kelenteng yang megah dihiasi dengan ornamen tradisional yang indah serta patung-patung dewa yang menambah kesan sakral dan keagungan tempat ini. Mengunjungi kelenteng ini akan memberikan Anda pelajaran berharga tentang budaya, spiritualitas, serta sejarah yang kaya dari masyarakat Tionghoa di Kota Semarang.

SeMAWIS Pusat Kuliner Semarang Jawa Tengah | Instagram @fianpontoh

| Baca : Harga Tiket Masuk Candi Gedung Songo Semarang

Kuliner Semawis

Setelah senja berganti malam, tidak jauh dari Kelenteng Tay Kak Sie, Anda bisa menemukan surga kuliner di kawasan Semawis (Semarang untuk Pariwisata), yang terletak sekitar 500 meter dari kelenteng. Namun, penting untuk diingat bahwa Semawis hanya buka pada hari Jumat hingga Minggu. Sejak dibuka pada tanggal 15 Juli 2005, kawasan ini telah menjadi salah satu destinasi kuliner favorit di Semarang. Terletak di Gang Warung, kawasan pecinan, Semawis menutup jalan untuk kendaraan, sehingga pengunjung dapat menikmati suasana santai dan nyaman saat berjalan kaki.

Begitu memasuki kawasan ini, Anda akan disambut oleh berbagai jenis makanan khas Semarang yang menggugah selera. Meskipun area Semawis tidak terlalu luas dan bisa dijelajahi dengan berjalan kaki sekitar 20-30 menit, tempat ini padat dengan berbagai jajanan nikmat seperti pisang plenet, lumpia, batagor, serta banyak lagi hidangan lezat lainnya. Olahan kuliner tradisional yang unik memberikan pengalaman baru bagi lidah Anda dan membuat kunjungan ke Semarang semakin berkesan.

Berjalan-jalan di Semawis juga memberikan pengalaman seru untuk mencicipi ragam kuliner sambil merasakan atmosfer keramahan masyarakat pecinan. Tenda-tenda pedagang makanan berjejer rapi, serta aroma makanan yang semerbak menggoda, menjadikan malam Anda di Semarang penuh warna dan cita rasa.

Bagaimana dengan pengalaman kamu?