Lawang Sewu Eksotisme Gedung Peninggalan Belanda
Sebelum Lawang Sewu dikenal luas masyarakat di luar Semarang, gedung peninggalan Belanda ini merupakan lokasi favorite para fotografer untuk pemotretan. Keindahan bangunan ini membuat para pecinta fotografi tidak mengalami kesulitan dalam mencipta karya foto yang indah. Bisa dikatakan apapun yang dipotret di Lawang Sewu akan menghasilkan foto yang bagus. Karena keindahannya pula, Lawang Sewu juga sering dipilih sebagai background untuk pembacaan berita di televisi lokal.
Popularitas Lawang Sewu semakin melejit setelah gedung tersebut digunakan sebagai salah satu tempat uji nyali dalam acara “reality show” salah satu stasiun televisi nasional. Sejak itu pula citra mistis semakin membalut gedung tua ini. Bahkan karena kuatnya citra mistis tersebut, kemudian dibuatlah sebuah film horor berjudul “Lawang Sewu” (2007).
Melejitnya popularitas Lawang Sewu, berdampak pada semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung. Berbagai acara besar, mulai dari pameran produk kerajinan hingga fashion show “Smaradhana Batik Semarang Ing Lawang Sewu” digelar. Di pertengahan tahun 2011 ini, Lawang Sewu kembali dipercantik untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, terutama untuk persiapan Visit Jawa Tengah 2013.
Untuk mengunjungi Lawang Sewu sangat mudah, karena lokasinya berada di tengah kota, tepat di depannya berdiri Tugu Muda yang menjulang tinggi. Hampir seluruh angkutan kota di Semarang pun melewati gedung yang berada di ujung Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda ini. Biasanya Lawang Sewu ramai dikunjungi setiap hari libur atau akhir pekan, namun di hari biasa pun banyak wisatawan yang mengunjunginya. Dengan semakin pudarnya citra mistis Lawang Sewu, ada dua hal yang bisa kita dapatkan saat mengunjunginya, yaitu sejarah dan arsitektur.
Sejarah
Bangunan karya Arsitek Belanda Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag menurut catatan sejarah dibangun tahun 1904, dan diresmikan pada 1 Juli 1907. Gedung megah ini awalnya digunakan oleh pemerintahan pendudukan Belanda waktu itu, sebagai kantor pusat kereta api, atau lebih dikenal dengan Nederlandsch Indische Spoorweg Maschaappij (NIS). Sedangkan nama Lawang Sewu, muncul karena gedung ini memiliki pintu (lawang) dalam jumlah yang banyak, sehingga untuk gampangnya orang Semarang kemudian menyebutnya seribu (sewu).
Pada era awal pasca kemerdekaan, Lawang Sewu digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Untuk kepentingan militer Gedung ini juga pernah digunakan sebagai kantor KODAM IV Diponegoro (yang kini dipusatkan di Watu Gong, Semarang). Selain itu, gedung ini juga pernah digunakan sebagai Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Saat ini Lawang Sewu masuk dalam 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang
Arsitektur
Bangunan yang berdiri di tengah kota Semarang dan memiliki luas tanah hampir dua hektar ini sangat kental dengan gaya art deco. Terdiri dari dua bangunan utama, dan satu bangunan yang diperuntukkan untuk gudang lengkap dengan ruangan bawah tanah. Yang paling khas dan menarik dari bangunan ini selain jumlah pintunya yang banyak adalah kaca patri yang terletak persis di bawah kubah gedung utama. Kaca patri di bagian tangga ini dibuat menghadap ke arah matahari terbit, sehingga jika dilihat dari depan tidak bisa tampak gambarnya.
Tiap-tiap petak kaca patri ada gambar yang beragam, di ujung tengah atas adalah gambar lambang Belanda yang di tengah-tengahnya ada lambang simbol kereta api dengan logo rel kereta api. Di bagian tengah dari kaca patri ini, ada gambar orang membawa tungku lilin dan kereta api. Di ujung kiri tengah kelihatan logo kereta api. Jadi tiap-tiap petak ada logonya masing-masing.
Harga tiket masuk Lawang Sewu 2023
Harga tiket masuk Dewasa Rp 20.000
Harga tiket masuk Anak dan pelajar: Rp 10.000
Harga tiket masuk Wisatawan mancanegara: Rp 30.000