Taman Nasional Tesso Nilo Habitat Bagi Gajah Dan Harimau Sumatera Yang Terancam Punah

Published On: 18/07/2025

Jika Anda mencari pengalaman hutan hujan tropis yang autentik sekaligus ingin menyaksikan langsung upaya pelestarian satwa raksasa, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Riau adalah jawabannya. Meski kawasan ini sering menjadi sorotan berita lingkungan, Tesso Nilo menyimpan kekayaan hayati yang memegang rekor dunia dan menjadi benteng terakhir bagi Gajah Sumatera.

Berikut adalah panduan komprehensif mengenai sejarah, biodiversitas, aktivitas wisata, hingga rute perjalanan menuju Tesso Nilo.

Jejak Langkah Tesso Nilo: Dari HPH Menjadi Taman Nasional

Sebelum dikenal sebagai kawasan konservasi global, lahan ini memiliki riwayat panjang yang menjelaskan dinamika konflik dan ekologinya saat ini. Nama “Tesso Nilo” sendiri diambil dari dua sungai yang membelah kawasan ini, yaitu Sungai Tesso dan Sungai Nilo.

1. Era Hutan Produksi (Sebelum 2000)

Awalnya, kawasan ini adalah Hutan Produksi Terbatas (HPT). Wilayah ini merupakan area konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang dikelola oleh beberapa perusahaan, seperti PT Dwi Marta, PT Nanjak Makmur, dan PT Inhutani IV untuk diambil kayunya. Pada masa ini, tutupan hutan masih relatif rapat dan utuh.

2. Penemuan Ilmiah yang Mengubah Segalanya (2001)

Nasib hutan ini berubah berkat penemuan ilmiah pada tahun 2001. Peneliti Andi Gillison dari Center for Biodiversity Management (Australia) bersama LIPI dan WWF menemukan fakta mengejutkan: dalam petak seluas 200 meter persegi saja, ditemukan 218 jenis tumbuhan vaskular. Temuan ini menobatkan Tesso Nilo sebagai hutan dataran rendah dengan keanekaragaman tumbuhan tertinggi di dunia, mengalahkan hutan di Amazon maupun Afrika.

3. Kronologi Penetapan Hukum

Atas desakan dunia internasional untuk menyelamatkan “permata biologis” ini, pemerintah Indonesia mengubah statusnya secara bertahap:

  • 2004 (Penetapan Awal): Ditetapkan sebagai Taman Nasional seluas ±38.576 Ha melalui SK Menhut No. 255/Menhut-II/2004.

  • 2009 (Perluasan): Karena area awal belum cukup menampung jelajah gajah, kawasan diperluas menjadi ±83.068 Ha melalui SK No. 663/Menhut-II/2009.

  • 2014 (Definitif): Pengukuhan batas final seluas ±81.793 Ha.

4. Akar Masalah Perambahan

Sayangnya, masa transisi ini menyisakan celah. Setelah izin HPH PT Inhutani IV dicabut/vakum sekitar tahun 2002, terjadi kekosongan pengawasan. Mulai tahun 2005, praktik jual beli lahan ilegal merebak, memicu masuknya perambah yang mengubah hutan menjadi kebun sawit secara masif hingga saat ini.

Mengapa Tesso Nilo Begitu Istimewa?

Tesso Nilo bukan sekadar hutan biasa. Kawasan ini adalah representasi ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest) yang paling kritis di Pulau Sumatera.

1. Rekor Dunia Keanekaragaman Hayati

Dunia sains internasional mengakui Tesso Nilo karena tingkat biodiversitasnya.

  • Flora: Sedikitnya 360 jenis tumbuhan per hektare, termasuk spesies terancam punah seperti Kayu Batu, Kempas, Kulim, dan Ramin.

  • Fauna: Rumah bagi 23 jenis mamalia (termasuk Gajah dan Harimau Sumatera), 114 jenis burung (29% dari total burung Sumatera), 50 jenis ikan, dan 15 jenis reptil.

2. Habitat Kunci Satwa Prioritas

Tesso Nilo menjadi rumah bagi 60-80 ekor Gajah Sumatera liar. Tanpa kawasan ini, jalur jelajah satwa purba di Riau tengah akan terputus total, mengingat ini adalah salah satu dari sedikit kantong populasi gajah yang tersisa di Riau.

Aktivitas Wisata: Ekowisata Berbasis Konservasi

Wisata di Tesso Nilo adalah wisata minat khusus. Daya tarik utamanya dipusatkan di Desa Lubuk Kembang Bunga dan Camp Flying Squad.

  • Patroli Gajah (Elephant Patrol): Sensasi menunggangi gajah latih bersama Mahout (pawang) untuk berpatroli menjaga kawasan hutan.

  • Memandikan Gajah: Berinteraksi intim dengan gajah saat jadwal mandi pagi atau sore di sungai.

  • Jelajah Hutan (Jungle Trekking): Menyusuri trek hutan untuk pengamatan burung (birdwatching) atau mencari jejak satwa liar seperti Tapir dan Beruang Madu.

Realitas Lapangan 2025: Antara Wisata dan Pemulihan

Penting bagi calon pengunjung untuk memahami konteks terkini. Pada tahun 2025, Tesso Nilo sedang dalam fase pemulihan agresif.

  • Status Lahan: Hutan alam yang benar-benar utuh kini tersisa sekitar 12.561 hektare (sekitar 15% dari total luas), sementara sisanya sedang direstorasi dari kebun sawit ilegal.

  • Penegakan Hukum: Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) aktif melakukan operasi. Anda mungkin akan melihat area bekas sawit yang ditebang untuk reboisasi.

Rute dan Transportasi Menuju Lokasi

Secara administratif, taman nasional ini membentang di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.

Panduan Rute

  1. Udara: Terbang menuju Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru).

  2. Darat (Pekanbaru – Pangkalan Kerinci): Perjalanan sekitar 1,5 – 2 jam. Wajib lapor ke Kantor Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Jl. Raya Langgam KM.4, Pangkalan Kerinci.

  3. Darat (Pangkalan Kerinci – Lubuk Kembang Bunga): Perjalanan dilanjutkan sekitar 3-4 jam menuju Camp Flying Squad.

    • Catatan Jalan: Jalur masuk berupa jalan koridor tanah pengerasan (sirtu). Disarankan menggunakan kendaraan 4×4 (Double Cabin) karena jalan bisa menjadi lumpur tebal saat hujan.

Tips Tambahan: Wajib membawa uang tunai (tidak ada ATM di lokasi), obat anti-nyamuk, dan pastikan selalu didampingi pemandu lokal demi keselamatan dari satwa liar.

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Pilihan Editor