Masjid Layur Semarang: Jejak Mercusuar Kuno & Arsitektur 4 Budaya

Published On: 08/06/2025

Jika Anda menyusuri kawasan utara Kota Semarang, tepatnya di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Anda akan menemukan sebuah bangunan dengan tembok tinggi dan menara silinder yang menjulang. Inilah Masjid Layur (dikenal juga sebagai Masjid Kampung Melayu), sebuah situs Cagar Budaya yang menjadi saksi bisu kejayaan maritim dan syiar Islam di pesisir Jawa sejak abad ke-19.

Bukan sekadar tempat ibadah, masjid ini menyimpan narasi unik tentang adaptasi lingkungan, toleransi antar-etnis, dan warisan kuliner yang bertahan lebih dari dua abad.

Sejarah & Otoritas: Jejak Saudagar Yaman (1802 M)

Berdasarkan data sejarah, Masjid Layur didirikan sekitar tahun 1802 Masehi oleh sejumlah saudagar dari Yaman (Hadramut). Pada masa itu, kawasan ini dikenal sebagai Arabische Kamp (Kampung Arab) dan Kampung Melayu, sebuah melting pot (titik temu) bagi pedagang lintas bangsa.

Dari Mercusuar Menjadi Menara Azan

Fakta paling otoritatif yang membedakan masjid ini dari masjid kuno lainnya di Jawa adalah fungsi menaranya.

  • Era Pelabuhan Lama: Sebelum menjadi minaret, menara ini berfungsi sebagai Mercusuar pengawas pantai. Kala itu, pelabuhan Semarang masih berada di Kleine Boom (sekitar Jembatan Berok/Sleko). Menara ini memandu kapal dagang yang masuk melalui Kali Semarang.

  • Alih Fungsi: Setelah pemerintah kolonial membangun Mercusuar Willem III pada tahun 1883 dan memindahkan pelabuhan, mercusuar lama ini tidak lagi digunakan. Warga kemudian memanfaatkannya sebagai menara masjid untuk mengumandangkan adzan.

Status Legalitas: Keunikan sejarah ini membuat Pemerintah Kota Semarang menetapkan Masjid Layur sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tahun 1992, melindunginya sebagai aset sejarah kota.

Arsitektur: Simbol Harmoni 4 Budaya

Masjid Menara Layur semarang

Masjid Layur/Menara – Kota Semarang, Jawa Tengah | Google Map/Kontributor Tahtanesia

Masjid Layur adalah representasi fisik dari akulturasi budaya yang terjadi di pesisir Semarang. Gaya arsitekturnya memadukan empat elemen utama:

  1. Budaya Arab: Terlihat dominan pada menara silinder yang ikonik, ornamen geometris pada dinding, dan penggunaan kubah pada gerbang.

  2. Budaya Jawa: Bangunan induk masjid menggunakan atap model Tajug Tumpang Tiga (bersusun tiga) yang disangga oleh empat tiang kayu jati (saka guru), ciri khas bangunan sakral tradisional Jawa.

  3. Budaya Melayu: Struktur asli bangunan ini mengadopsi konsep Rumah Panggung, khas masyarakat Melayu pesisir dan Banjar yang bermukim di sana.

  4. Budaya Eropa: Terlihat pada tembok keliling yang tebal dan tinggi menyerupai benteng pertahanan, serta detail lengkungan (arch) pada gerbang yang kokoh.

Fenomena “Lantai yang Hilang”

Salah satu detail teknis yang sering luput dari perhatian wisatawan adalah perubahan elevasi lantai masjid.

  • Adaptasi Banjir Rob: Kawasan Semarang Utara telah lama bergulat dengan banjir pasang air laut (rob).

  • Pengurugan: Untuk menyelamatkan bangunan, lantai dasar (kolong panggung) masjid telah diurug dengan tanah setinggi permukiman sekitar.

  • Fakta Unik: Lantai masjid yang kita injak saat ini sejatinya adalah lantai dua dari bangunan aslinya. Struktur panggung yang asli kini tertanam, menjadi fondasi yang menopang masjid agar tetap kering.

Wisata Kuliner: Legenda Kopi Arab 7 Rempah

Bagi pemburu pengalaman otentik, waktu terbaik mengunjungi Masjid Layur adalah saat bulan Ramadhan. Masjid ini memiliki tradisi buka puasa yang telah berjalan turun-temurun sejak tahun 1802.

Sajian utamanya adalah Kopi Arab. Bukan kopi biasa, minuman ini diracik dengan proses perebusan selama 1 jam menggunakan 7 rempah rahasia:

  1. Jahe

  2. Kapulaga

  3. Cengkeh

  4. Kayu Manis

  5. Daun Jeruk

  6. Serai

  7. Daun Pandan

Minuman ini dipercaya warga dan musafir berkhasiat untuk menghangatkan tubuh dan memulihkan stamina setelah seharian berpuasa, tanpa membuat perut kembung.

Aturan Berkunjung & Etika

Sebagai situs religius yang masih aktif dan memegang teguh tradisi konservatif, pengunjung wajib memahami etika setempat:

  • Pintu Sungai: Di sisi timur, Anda bisa melihat pintu gerbang tua yang menghadap langsung ke Kali Semarang. Ini adalah bukti bahwa dulu jamaah datang menggunakan perahu.

  • Area Wanita: Terdapat kepercayaan lokal di mana area utama masjid (bangunan induk) dikhususkan bagi jamaah laki-laki. Jamaah perempuan disediakan tempat khusus di kompleks masjid. Aturan ini berakar dari interpretasi hadis dan tradisi menjaga kesucian masjid yang dipegang teguh pengurus.

Lokasi dan Aksesibilitas: Cara Menuju Masjid Menara Layur

Masjid Layur terletak di kawasan strategis yang mudah dijangkau, berbatasan langsung dengan kawasan wisata populer Kota Lama Semarang (Little Netherland).

1. Rute Perjalanan

Akses menuju lokasi cukup mudah karena berada di jalur sejarah pesisir Semarang.

  • Dari Simpang Lima (Pusat Kota): Arahkan kendaraan menuju Jalan Pemuda melewati Tugu Muda. Terus lurus hingga melewati Pasar Johar dan Kantor Pos Besar. Saat memasuki kawasan Kota Lama, sebelum Jembatan Berok, ambil jalur kiri menyusuri pinggiran kali menuju Jalan Layur/Kampung Melayu.

  • Dari Stasiun Tawang: Lokasinya sangat dekat, hanya berjarak sekitar 1 km. Anda bisa berkendara sekitar 5 menit atau bahkan berjalan kaki santai sambil menikmati suasana bangunan tua di sepanjang jalan.

2. Moda Transportasi

  • Kendaraan Pribadi (Motor/Mobil): Jalan Layur dapat dilalui oleh mobil maupun motor. Jalannya sudah berupa paving block yang cukup nyaman.

  • Transportasi Online: Gojek atau Grab sangat direkomendasikan karena praktis. Anda cukup mengetik tujuan “Masjid Layur” atau “Masjid Kampung Melayu”.

  • Transportasi Umum (BRT Trans Semarang): Anda bisa turun di Halte Stasiun Tawang atau Halte Agus Salim. Dari sana, Anda bisa melanjutkan dengan berjalan kaki (sekitar 10-15 menit) atau memesan ojek online untuk perjalanan singkat menuju lokasi.

3. Kantong Parkir & Kondisi Jalan

  • Area Parkir: Masjid ini tidak memiliki halaman parkir luas karena lokasinya yang berada tepat di pinggir jalan raya lama. Pengunjung biasanya memarkir kendaraan (mobil/motor) di bahu jalan sekitar masjid.

  • Catatan Penting (Rob): Meskipun infrastruktur pompa air di Semarang sudah membaik, kawasan Semarang Utara masih memiliki potensi genangan air pasang (rob) atau banjir saat curah hujan sangat tinggi. Disarankan untuk mengecek kondisi cuaca sebelum berkunjung, terutama jika Anda membawa kendaraan jenis sedan/rendah.

 


FAQ: Pertanyaan Populer Seputar Masjid Menara Layur

Q: Di mana lokasi Masjid Layur?

A: Masjid ini terletak di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Lokasinya dekat dengan Stasiun Tawang dan kawasan Kota Lama.

Q: Mengapa disebut Masjid Menara?

A: Disebut demikian karena memiliki menara yang sangat mencolok dan tinggi. Menara ini dulunya adalah mercusuar pelabuhan lama Semarang sebelum dialihfungsikan menjadi menara masjid pada akhir abad ke-19.

Q: Apakah wisatawan non-Muslim boleh berkunjung?

A: Boleh, namun hanya sampai batas area halaman atau area luar bangunan utama. Wisatawan diharapkan berpakaian sopan dan menghormati waktu ibadah.

Q: Apa keunikan arsitektur Masjid Layur?

A: Keunikannya terletak pada perpaduan gaya Arab (menara), Jawa (atap tajug), Melayu (rumah panggung), dan Eropa (tembok benteng). Selain itu, lantai dasarnya telah diurug tanah untuk mengantisipasi banjir rob.

Q: Kapan waktu terbaik mencicipi Kopi Arab di Masjid Layur?

A: Kopi Arab khas Masjid Layur hanya disajikan secara gratis setiap hari selama bulan Ramadhan pada waktu berbuka puasa.


 

Masjid Menara Layur adalah destinasi wajib bagi pecinta sejarah dan wisata religi. Ia mengajarkan kita bagaimana sebuah bangunan dapat bertahan melintasi zaman dengan beradaptasi terhadap alam (banjir rob) dan perubahan fungsi (mercusuar ke masjid), tanpa kehilangan identitas budayanya.

Ingin berkunjung? Pastikan kamera Anda siap untuk mengabadikan menara mercusuar yang kini mengumandangkan panggilan ilahi.

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Pilihan Editor