Menguak Misteri Candi Muara Takus: Situs Sriwijaya Tertua di Sumatera

Published On: 30/07/2025

Apakah Anda tahu bahwa candi tertua di Sumatera bukan berasal dari abad ke-11, melainkan sudah ada denyut kehidupannya sejak abad ke-7?

Tersembunyi di pedalaman Kabupaten Kampar, Riau, Candi Muara Takus berdiri megah sebagai saksi bisu kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Berbeda dengan kemegahan batu andesit Borobudur di Jawa, Muara Takus menawarkan pesona eksotis dari susunan bata merah kuno yang berpadu dengan hijaunya alam Sumatera.

Panduan komprehensif ini disusun berdasarkan riset arkeologi terkini dan sumber terpercaya untuk membantu Anda memahami kedalaman sejarah dan keunikan arsitektur situs Warisan Budaya Nasional ini.

Sejarah: Menguak Tabir Misteri Sriwijaya

Penemuan Kembali

Situs ini pertama kali tercatat dalam literatur modern oleh Cornet de Groot pada tahun 1860. Ia menyoroti keunikan teknik konstruksi candi yang berbeda dari candi-candi di Jawa.

Fakta Baru: Lebih Tua dari Dugaan

Berdasarkan penelitian Dinas Kebudayaan Provinsi Riau tahun 2022 yang menggunakan metode Carbon Dating (AMS) di University of Waikato, Selandia Baru, sejarah Candi Muara Takus ditulis ulang:

  • Abad ke-3 M: Terdapat jejak aktivitas awal di kawasan ini.

  • Abad ke-7 M: Masa pembangunan signifikan, beriringan dengan bangkitnya Kerajaan Sriwijaya.

  • Abad ke-9 M: Masa puncak kejayaan sebagai pusat peribadatan Buddha Mahayana.

Temuan ini membantah teori lama yang menyebut candi ini baru dibangun pada abad ke-11, menegaskan posisinya sebagai salah satu situs candi tertua di Indonesia.

Fungsi Candi: Pusat Spiritual dan Peradaban

Berdasarkan temuan arkeologis dan tata letak bangunan, Candi Muara Takus memiliki fungsi yang sangat kompleks pada masanya:

  • Pusat Peribadatan Buddha Mahayana:Fungsi utama kompleks ini adalah tempat suci bagi umat Buddha. Hal ini dibuktikan dengan bentuk stupa yang merupakan lambang Buddha Gautama dan perjalanan menuju pencerahan (Nirwana). Hingga kini, candi ini masih digunakan sebagai pusat perayaan Hari Raya Waisak bagi umat Buddha di Sumatera.
  • Simbol Sinkretisme (Buddha & Siwa):Uniknya, arsitektur candi ini juga menyimpan simbol-simbol Siwa (Hindu), seperti bentuk bangunan yang menyerupai Lingga dan Yoni. Ini menunjukkan adanya toleransi atau perpaduan budaya (sinkretisme) yang harmonis pada masa itu.
  • Pusat Peradaban & Pemerintahan:Luasnya benteng tanah yang mengelilingi kawasan luar (1,5 x 1,5 km) mengindikasikan bahwa Muara Takus bukan sekadar kuil terisolasi, melainkan sebuah pusat permukiman atau kota kuno yang maju. Beberapa ahli menduga kawasan ini pernah menjadi salah satu ibu kota regional Kerajaan Sriwijaya.
  • Lokasi Ritual Kremasi:Di dalam kompleks ditemukan gundukan tanah yang diyakini sebagai tempat pembakaran jenazah (kremasi) dan abu dari tokoh-tokoh penting pada masa itu.

Arsitektur dan Bagian-Bagian Kompleks Candi

Arsitektur Candi Muara Takus sangat unik dan berbeda dari candi di Jawa (seperti Borobudur atau Prambanan).

  • Material: Menggunakan kombinasi batu bata merah, batu pasir (tuff), dan batu sungai.

  • Teknologi: Menggunakan teknik “Kosod”, yaitu menggosokkan antarbata basah hingga merekat kuat tanpa menggunakan semen atau kapur.

  • Gaya: Stupanya memiliki kemiripan dengan stupa di Myanmar, Vietnam, atau Sri Lanka, bukan bentuk lonceng seperti di Jawa.

Berikut adalah rincian bangunan utama di dalam tembok keliling berukuran 74 x 74 meter tersebut:

A. Candi Mahligai (Stupa Mahligai)

Ini adalah ikon utama Muara Takus yang paling sering difoto.

  • Kondisi: Paling utuh di antara bangunan lain.

  • Bentuk: Menara silindrik setinggi 14 meter yang berdiri di atas pondasi persegi panjang. Bentuknya menyerupai Phallus (Lingga) atau Yoni.

  • Detail: Memiliki ornamen kelopak bunga lotus ganda di bagian alasnya. Dahulu, setiap sudut pondasinya dijaga oleh patung singa batu andesit (sekarang sebagian sudah hilang).

B. Candi Tua (Candi Sulung)

  • Status: Bangunan terbesar di kompleks ini.

  • Material: Campuran batu pasir dan batu bata cetakan.

  • Struktur: Memiliki tangga masuk di sisi Barat dan Timur yang cukup lebar. Bagian atapnya diperkirakan dahulu berbentuk bundaran (stupa besar) namun kini telah runtuh. Candi ini unik karena bagian dalamnya masif (padat), tidak memiliki bilik/ruang kosong.

C. Candi Bungsu

Saksi bisu dua era pembangunan yang berbeda.

  • Keunikan Material: Bangunan ini terbagi dua secara visual. Bagian utara terbuat dari batu pasir, sedangkan bagian selatan dari batu bata merah.

  • Filosofi: Ini menandakan adanya pembangunan ulang atau perluasan di masa yang berbeda.

  • Temuan: Di candi ini pernah ditemukan lempengan emas berelief Vajra dan mantra, serta abu ritual.

D. Candi Palangka

  • Dimensi: Bangunan terkecil (5,1 x 5,7 meter).

  • Fungsi: Karena bentuknya yang datar dan rendah, candi bata merah ini diduga kuat berfungsi sebagai Altar tempat meletakkan sesaji atau sarana upacara.

Daya Tarik Wisata

Candi Muara Takus Riau

Candi Muara Takus  – Kab. Kampar Provinsi Riau | Google Map/Kontributor sunmaya

  • Fotografi Estetik: Kontras warna merah bata candi dengan rumput hijau yang terawat rapi menciptakan komposisi visual yang sangat indah.

  • Suasana Alam: Dikelilingi pohon-pohon rindang yang membuat suasana sejuk meskipun cuaca Riau cukup panas.

  • Desa Pongkai: Anda bisa mendengar legenda lokal tentang Desa Pongkai (asal kata: Pong = Lubang, Kai = Tanah), tempat galian tanah untuk pembuatan batu bata candi yang kini tenggelam dalam waduk PLTA Koto Panjang.

5. Informasi Praktis Kunjungan (2025)

Demi kenyamanan Anda, berikut adalah data operasional terbaru:

Jam Buka

  • Setiap Hari: 08.00 – 18.00 WIB.

Harga Tiket Masuk

Sangat terjangkau untuk situs sekelas cagar budaya nasional:

  • Tiket Masuk: Rp 5.000 per orang.

  • Parkir Motor: Rp 2.000.

  • Parkir Mobil: Rp 5.000.

Fasilitas

  • Area parkir luas dan aman.

  • Toilet umum yang bersih.

  • Mushola.

  • Warung makan kecil & penjual suvenir lokal.

  • Taman untuk bersantai.

Alamat, Rute, dan Transportasi

Alamat:

Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Rute Perjalanan

Candi ini hanya dapat diakses melalui jalur darat.

  1. Dari Pekanbaru (Ibukota Riau):

    • Jarak: ± 125 km (Waktu tempuh: 3 – 3,5 jam).

    • Rute: Pekanbaru ➔ Bangkinang ➔ Salo ➔ Kuok ➔ Rantau Berangin ➔ Belok kiri ke arah situs (XIII Koto Kampar).

    • Kondisi Jalan: Jalan Lintas Riau-Sumbar sangat mulus. Jalan masuk ke desa sedikit menyempit namun beraspal baik.

  2. Transportasi:

    • Disarankan menggunakan kendaraan pribadi/sewa. Angkutan umum hanya sampai simpang jalan besar, dan Anda harus melanjutkan dengan ojek yang cukup jarang.


 

FAQ (Pertanyaan Umum)

Q: Candi Muara Takus peninggalan kerajaan apa?

A: Candi Muara Takus adalah situs peninggalan bersejarah dari masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan riset arkeologi, situs ini berfungsi sebagai pusat keagamaan Buddha Mahayana dan pemerintahan penting di Sumatera yang berkembang pesat mulai abad ke-7 hingga ke-14 Masehi, menjadikannya salah satu candi tertua di Indonesia.

Q: Apa fungsi Candi Muara Takus?

A: Fungsi utama candi ini adalah sebagai tempat peribadatan suci umat Buddha untuk ritual keagamaan. Selain itu, temuan gundukan abu dan benteng tanah mengindikasikan fungsinya sebagai lokasi kremasi jenazah tokoh penting serta pusat permukiman atau kota kuno yang dikelilingi pagar pertahanan.

Q: Candi Muara Takus peninggalan agama apa?

A: Candi Muara Takus adalah situs peninggalan Agama Buddha, khususnya aliran Buddha Mahayana. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan stupa sebagai lambang Buddha Gautama dan temuan lempengan emas bertuliskan mantra Vajrayana. Hingga kini, candi ini masih menjadi pusat perayaan Hari Raya Waisak di Riau.

Q: Apa keunikan Candi Muara Takus?

A: Candi ini memiliki tiga keunikan utama:

  1. Material: Dibangun menggunakan batu bata merah, batu pasir, dan batu sungai (bukan batu andesit).

  2. Bentuk Stupa: Memiliki stupa berbentuk menara ramping (mirip gaya India/Myanmar), tidak seperti stupa lonceng di Jawa.

  3. Sinkretisme: Arsitekturnya memadukan unsur Buddha (Stupa) dan Hindu (Lingga & Yoni), mencerminkan toleransi budaya.

Q: Apa yang membedakan Candi Muara Takus dengan candi di Jawa?

A: Perbedaan paling mencolok terletak pada bahan bangunan dan gaya arsitektur. Jika candi di Jawa (seperti Borobudur) mayoritas menggunakan batu andesit vulkanik berwarna gelap dan berprofil gemuk, Candi Muara Takus menggunakan batu bata merah dan memiliki profil stupa yang ramping menjulang.

Q: Siapa yang membangun Candi Muara Takus?

A: Secara historis, candi ini dibangun bertahap oleh masyarakat Kerajaan Sriwijaya. Tidak ada satu nama raja spesifik yang tercatat, namun menurut legenda lokal, candi ini dibangun secara gotong royong oleh penduduk Desa Pongkai yang mengangkut batu bata secara estafet dari desa mereka ke lokasi candi.

Q: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengeksplorasi candi?

A: Area inti candi relatif kompak, sehingga Anda cukup meluangkan waktu sekitar 45 menit hingga 1 jam. Waktu ini sudah cukup untuk berjalan mengelilingi stupa utama, berfoto di spot ikonik, dan membaca papan informasi sejarah yang tersedia.


Siap menelusuri sejarah kejayaan masa lalu di Bumi Lancang Kuning? Jangan lupa siapkan kamera terbaik Anda!

Leave A Comment

Artikel Terbaru

Pilihan Editor