Candi Singosari Sisa Sisa Serajaan Singosari Yang Kuat Di Jawa Timur
Pernahkah Anda berdiri di hadapan sebuah mahakarya yang bisu namun sarat cerita? Sebuah monumen yang menyimpan kisah kejayaan, pengkhianatan, dan ambisi yang tak sepenuhnya tuntas?
Selamat datang di Candi Singosari.
Terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Candi Singosari (atau Candi Singhasari) bukan sekadar tumpukan batu andesit peninggalan masa lampau. Ia adalah gerbang fisik dan spiritual untuk memahami salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, Kerajaan Singhasari. Ini adalah candi penghormatan untuk raja terakhirnya yang paling termasyhur, Kertanegara.
Namun, apa sebenarnya cerita di balik candi ini? Apa yang membuatnya unik? Dan yang paling penting, bagaimana Anda bisa merencanakan kunjungan sempurna ke sana?
Dalam panduan komprehensif ini, kita akan mengupas tuntas Candi Singosari, mulai dari sejarah agungnya, arsitekturnya yang tak lazim, hingga panduan praktis kunjungan Anda—semua disajikan untuk menjawab rasa penasaran Anda.
Apa Sebenarnya Cerita dan Sejarah di Balik Candi Singosari?
Untuk benar-benar menghargai sebuah cagar budaya, kita harus memahami “mengapa” ia ada. Sejarah Candi Singosari adalah drama kerajaan yang sesungguhnya.
Candi Penghormatan untuk Raja Terakhir yang Gugur
Inti dari keberadaan candi ini adalah sebagai candi pendharmaan atau tempat pemuliaan bagi Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja terakhir sekaligus raja terbesar Kerajaan Singhasari yang memerintah dari tahun 1268 hingga 1292.
Pemerintahannya berakhir tragis. Ia gugur dalam sebuah serangan mendadak yang dilancarkan oleh Jayakatwang dari Kediri. Menurut Kitab Negarakertagama dan Prasasti Gajah Mada (1351 M), candi ini didirikan pada tahun 1304 M, tepat 12 tahun setelah wafatnya Kertanegara, bertepatan dengan upacara Sraddha (upacara peringatan kematian) untuk sang raja. Pembangunannya sendiri terjadi pada era Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.
Perpaduan Unik Arsitektur Siwa-Buddha
Candi Singosari adalah contoh sempurna dari sinkretisme agama pada masa itu. Ia menggabungkan arsitektur Hindu (Siwa) dan Buddha secara harmonis. Raja Kertanegara sendiri adalah penganut ajaran Siwa-Buddha (Tantrayana).
- Pengaruh Hindu: Terlihat dari adanya arca-arca seperti Siwa-Guru (Resi Agastya), Ganesha, dan Durga (meskipun sebagian telah hilang). Raja Kertanegara didharmakan sebagai Bhirawa (wujud Siwa yang ganas).
- Pengaruh Buddha: Terlihat dari adanya stupa di bagian puncaknya (meskipun kini telah runtuh) dan yang paling unik, filosofi pada tubuh candi.
Misteri “Candi yang Belum Selesai”
Salah satu fakta paling menarik yang diyakini banyak arkeolog adalah Candi Singosari tidak pernah sepenuhnya selesai dibangun.
Mengapa demikian? Teori terkuat adalah pembangunan candi ini terhenti secara tiba-tiba akibat kekacauan politik pasca-wafatnya Kertanegara dan runtuhnya Kerajaan Singhasari.
Bukti yang mendukung teori ini meliputi:
- Pahatan Sederhana: Banyak ukiran, terutama di sekitar bingkai pintu dan hiasan Kala (kepala raksasa), terlihat sangat sederhana dan seperti pahatan dasar, belum dihaluskan.
- Arca Setengah Jadi: Ditemukan beberapa arca di sekitar kompleks candi (seperti arca Lembu Nandini) yang tampak belum selesai dipahat.
- Luas Area: Lahan kompleks yang sangat luas (sekitar 200×400 meter) mengindikasikan adanya rencana pembangunan candi-candi pendamping (perwara) yang tidak pernah terwujud.
Penemuan dan Nama Lain Candi Singosari
Candi ini ditemukan kembali pada tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard, seorang Gubernur Belanda untuk Pantai Timur Laut Jawa. Saat ditemukan, kondisi candi berupa gundukan tanah yang runtuh.
Karena sejarah dan kondisinya, candi ini memiliki beberapa julukan:
- Candi Cungkup (atau Ungkup): Merujuk pada kondisinya saat ditemukan yang sudah rusak atau “tercungkup” tanah.
- Candi Menara: Julukan dari masyarakat sekitar karena bentuknya yang menjulang tinggi seperti menara.
- Candi Ken Dedes: Kerap dikaitkan dengan tokoh perempuan legendaris pendiri dinasti Singosari.
- Candi Renggo: Dipercaya sebagai salah satu nama aslinya, di mana “Renggo” berarti “memiliki kepribadian baik”, merujuk pada Raja Kertanegara.
Apa Saja Daya Tarik Utama Candi Singosari?
Saat Anda berkunjung, ada beberapa titik fokus yang tidak boleh Anda lewatkan.
Arsitektur Tak Lazim: Ruang Utama di Kaki Candi
Ini adalah keunikan arsitektur Candi Singosari yang paling menonjol. Tidak seperti candi-candi di Jawa pada umumnya (seperti Borobudur atau Prambanan) di mana ruang utama (garbhagrha) berada di tubuh candi, ruang utama Candi Singosari justru berada di kaki candi.
Tubuh candi sengaja dibiarkan kosong. Ini bukan karena belum selesai, melainkan sebuah konsep filosofis yang mendalam. Kekosongan ini melambangkan Parama sunya, konsep tertinggi dalam ajaran Buddha yang berarti “kehampaan” atau ketiadaan wujud—hakikat tertinggi yang tidak bisa digambarkan.
Di dalam ruang utama di kaki candi, kini hanya tersisa sebuah Yoni besar, pasangan dari Lingga yang telah hilang, sebagai simbol kesuburan.
Kemegahan Arca Dwarapala: Sang Penjaga Raksasa
Daya tarik terbesar kedua, dan mungkin yang paling ikonik, bukanlah candi itu sendiri, melainkan dua penjaganya. Sekitar 100-300 meter ke arah barat candi, Anda akan menemukan sepasang Arca Dwarapala (patung penjaga gerbang) dalam ukuran raksasa.
- Ukuran: Patung ini benar-benar kolosal, dibuat dari batu andesit monolitik dengan tinggi mencapai 3,7 meter dan lingkar tubuh 3,8 meter. Banyak yang mengklaim ini adalah pasangan arca penjaga terbesar di dunia.
- Wujud: Digambarkan sebagai raksasa yang menyeramkan, bertaring, dengan mata melotot, dan membawa gada (alat pemukul) besar, sebagai simbol penjaga yang mengusir roh jahat.
- Debat Fungsi: Ada perdebatan menarik di kalangan arkeolog. Apakah mereka penjaga gerbang candi? Atau, seperti yang diungkapkan arkeolog Dwi Cahyono, mereka sebenarnya adalah penjaga gerbang istana (keraton) Raja Kertanegara yang lokasinya kini telah hilang, bukan penjaga candi pendharmaannya?
Peninggalan Arca dan Relief di Sekujur Candi
Meskipun sederhana, perhatikan detail ukiran di sekeliling candi:
- Muka Kala (Kirti Murka): Pahatan wajah raksasa seram di atas pintu dan relung-relung. Fungsinya, seperti Dwarapala, adalah untuk mengusir roh jahat atau bencana.
- Relief Flora dan Fauna: Anda akan menemukan ukiran-ukiran berbentuk sulur-sulur tumbuhan, bunga teratai, dan burung.
- Arca Penjuru: Dahulu, di relung-relung kaki candi terdapat arca-arca penjuru mata angin: Arca Ganesha (Timur), Arca Durga (Utara), dan Arca Siwa-Guru/Resi Agastya (Selatan). Saat ini, hanya Arca Resi Agastya (atau Trnawindhu) yang masih berada di tempatnya.
- Prajnaparamita: Di area candi ini pula pernah ditemukan arca Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan yang dianggap sebagai salah satu mahakarya seni klasik Jawa Kuno. Arca ini kini menjadi koleksi utama di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Aktivitas Apa yang Bisa Dilakukan di Candi Singosari?
Kunjungan ke Candi Singosari menawarkan lebih dari sekadar melihat batu.
- Wisata Sejarah dan Edukasi: Ini adalah aktivitas utama. Anda bisa berjalan mengelilingi candi, mengamati detail arsitektur, dan merenungkan sejarah besar di baliknya. Ini adalah laboratorium sejarah hidup.
- Spot Fotografi (Instagrammable): Tentu saja! Kemegahan candi dengan latar belakang langit Malang, arsitekturnya yang eksotis, dan terutama pose di samping Arca Dwarapala yang raksasa, adalah konten yang sangat berharga untuk koleksi foto liburan Anda.
- Menikmati Suasana Tenang: Candi ini terletak di lembah antara Gunung Tengger dan Gunung Arjuna, di ketinggian sekitar 512 mdpl. Udaranya sejuk dan suasananya relatif tenang, cocok untuk sejenak melarikan diri dari keramaian kota.
- Jelajah Sejarah Singkat: Jangan hanya berhenti di candi utama. Lakukan walking tour singkat 300 meter ke arah barat untuk melihat langsung kedua Arca Dwarapala.
Panduan Lengkap Kunjungan: Tiket, Jam Buka, dan Rute
Ini adalah bagian praktis yang perlu Anda simpan untuk merencanakan perjalanan Anda.
Berapa Harga Tiket Masuk Candi Singosari?
Kabar terbaik untuk para pelancong: berdasarkan informasi terbaru, tiket masuk ke Candi Singosari adalah GRATIS alias tidak dipungut biaya. Anda mungkin hanya perlu membayar biaya parkir kendaraan jika membawanya.
Kapan Jam Buka Candi Singosari?
Candi Singosari buka untuk kunjungan wisatawan setiap hari.
- Jam Operasional: Mulai pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB.
Fasilitas Apa Saja yang Tersedia?
Sebagai situs cagar budaya yang dikelola oleh Balai Pelestarian Kebudayaan, fasilitasnya cukup mendasar namun memadai. Anda akan menemukan:
- Area parkir yang cukup luas untuk motor dan mobil.
- Toilet umum.
- Warung-warung kecil penjual makanan dan minuman ringan di sekitar area pintu masuk.
Bagaimana Cara Menuju Candi Singosari? (Lokasi & Transportasi)
Menemukan candi ini sangat mudah karena lokasinya yang strategis.
Di Mana Lokasi Tepat Candi Singosari?
- Alamat: Jalan Toyomarto, Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
- Konteks Lokasi: Candi ini sangat dekat dari jalan utama Surabaya-Malang. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dari pusat Kecamatan Singosari, 11 km di utara Kota Malang, atau 88 km di selatan Surabaya.
Rute Menggunakan Kendaraan Pribadi
Ini adalah cara termudah.
- Patokan Utama: Pasar Singosari atau Stasiun Singosari.
- Dari Arah Malang: Ambil jalan utama ke arah Surabaya. Setelah melewati Pasar Singosari, cari penunjuk jalan ke Candi Singosari di sebelah kiri.
- Dari Arah Surabaya: Ambil jalan utama ke arah Malang. Sebelum Pasar Singosari, cari penunjuk jalan di sebelah kanan.
- Detail dari Stasiun: Dari Stasiun Singosari, ambil jalur ke selatan (~200m) ke Jalan Utama Surabaya-Malang, belok kanan ke Jalan Kertanegara (~500m) hingga bertemu Pasar Singosari, lalu lurus sedikit lagi hingga menemukan candi di sebelah kanan jalan.
Rute Menggunakan Transportasi Umum (Angkutan Umum)
- Menggunakan Kereta Api: Naik kereta api lokal (seperti Penataran) dan turun di Stasiun Singosari. Dari stasiun, Anda bisa berjalan kaki ke arah Pasar Singosari lalu lanjut ke candi (total sekitar 1-1,5 km) atau naik ojek/delman.
- Menggunakan Bus: Naik bus antarkota jurusan Malang (dari Surabaya) atau jurusan Surabaya (dari Malang). Minta turun di Pasar Singosari. Dari pasar, Anda bisa berjalan kaki sekitar 20 menit atau naik delman/becak sekitar 10 menit ke lokasi candi.
Apa Lagi yang Ada di Sekitar Candi Singosari?
Jika Anda punya waktu lebih, area Singosari dan Tumpang adalah “lembah para raja” dan dipenuhi peninggalan sejarah lain. Manfaatkan kunjungan Anda untuk menjelajahi:
- Stupa Sumberawan: Berjarak sekitar 8 km dari Singosari, ini adalah satu-satunya stupa Buddha yang utuh di Jawa Timur. Konon, Raja Hayam Wuruk pernah mengunjunginya pada 1359 dan menyebut tempat ini “Kasuranggahan” (Taman Bidadari).
- Candi Kidal: Terletak di Kecamatan Tumpang, candi ini adalah tempat pendharmaan Raja Anusapati (Raja kedua Singhasari).
- Candi Jago (Jajaghu): Juga di Tumpang, ini adalah pusara Raja Wisnuwardhana (ayah Kertanegara) yang kaya akan relief cerita wayang.
- Pemandian Watugede: Dekat Stasiun Singosari, konon merupakan pemandian kuno para raja Singhasari.
Candi Singosari adalah sebuah paket wisata sejarah yang lengkap. Ia menawarkan kemegahan arsitektur, misteri sejarah (candi yang tak selesai), keunikan filosofis (ruang kosong Parama sunya), ikon fotogenik (Arca Dwarapala), dan akses yang sangat mudah dengan tiket masuk gratis.
Ini bukan hanya tentang melihat peninggalan Raja Kertanegara; ini tentang menyaksikan babak akhir sebuah kerajaan besar sebelum bertransisi menjadi imperium Majapahit.
Jadi, siapkan kamera Anda, kosongkan sedikit ruang di memori Anda untuk kisah-kisah baru, dan bersiaplah untuk melangkah kembali ke abad ke-13 di Candi Singosari.


